Kekuatan menghadapi perekonomian global akan terus digalakkan sebab inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dan terus berlanjut, kondisi keuangan yang semakin ketat, perang, dan ketidaksesuaian antara penawaran dan permintaan.
Anggota G20 khususnya menegaskan kembali komitmennya terhadap kebijakan yang terkalibrasi, terencana, dan dikomunikasikan dengan baik untuk mendukung pemulihan berkelanjutan, dengan mempertimbangkan kondisi unik masing-masing negara.
6 Langkah untuk Menghadapi Perekonomian Global
Indonesia harus bersiap menghadapi situasi ini guna mendukung agenda utama Kepresidenan Indonesia yakni “Recover Together, Recover Stronger,” sebagaimana disampaikan oleh Menteri Keuangan dan Gubernur.
Saat ini perekonomian global melemah akibat perang dagang antara negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Oleh sebab itu anggota G20 melakukan enam langkah nyata berikut :
-
Meningkatkan Kerja Sama dan Tindakan yang Konkrit
G20 menyoroti perlunya mempertahankan respons kebijakan fiskal yang fleksibel dan tangkas mengingat kondisi dunia saat ini, disertai dengan langkah-langkah pengendalian sementara yang tepat sasaran. G20 juga menekankan pentingnya pembangunan berkelanjutan, transisi berkelanjutan, dan kebijakan makroprudensial dalam menghadapi perekonomian global.
Hal ini dilakukan untuk mencegah risiko-risiko negatif dan konsekuensi konsekuensi limpahan yang tidak menguntungkan. Selain itu, G20 berdedikasi untuk mengukur laju pengetatan kebijakan moneter dengan tepat guna mendorong stabilitas harga dan mencegah dampak buruk.
-
Mengintensifkan Upaya untuk Menjamin Ketahanan Jangka Panjang
Bahaya yang terkait dengan dampak negatif, kondisi pasar yang tidak setara, dan volatilitas/fluktuasi arus modal yang lebih besar akan diawasi secara ketat oleh G20. Selain itu, pihaknya masih mendukung distribusi Hak Penarikan Khusus (SDR) untuk mendukung kelompok masyarakat yang paling tidak beruntung.
Kemudian meningkatkan kapasitas Bank Pembangunan Multilateral dalam menyediakan sumber daya, dengan meninjau Kerangka Kecukupan Modal dan menjamin pelaksanaan Kerangka Umum.
-
Komitmen untuk Mengatur dan Mengawasi Industri Keuangan
Dengan meningkatkan manajemen risiko dan memanfaatkan teknologi dan digitalisasi secara maksimal, G20 mampu menghadapi perekonomian global. Pihaknya menyambut baik evaluasi FSB terhadap pengawasan dan regulasi “stablecoin” global dan aktivitas pasar aset mata uang kripto.
Forum G20 juga telah menerima panduan akhir dari BIS, CPMI, dan IOSCO, yang menegaskan bahwa prinsip-prinsip yang mengatur infrastruktur pasar keuangan dapat diterapkan pada pentingnya regulasi stablecoin yang sistematis.
-
Mendukung Transformasi Ekonomi Ramah Lingkungan
Penetapan Indikator Investasi Infrastruktur Berkualitas (QII) merupakan cara lain yang dilakukan anggota G20 untuk mendorong investasi pada infrastruktur berkualitas. Dengan tetap mempertimbangkan kondisi masing-masing negara, anggota G20 juga secara sukarela mendukung dan tidak dibatasi oleh Kerangka Kerja Hub Infrastruktur Global (GI).
Yang dimaksudkan ialah mengenai cara paling efektif menghadapi perekonomian global dengan menarik sektor swasta, agar berpartisipasi dalam peningkatan investasi infrastruktur berkelanjutan. Selain itu pihaknya akan menambah investasi dari sumber lain, seperti investasi publik dan pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Pembangunan Multilateral (MDB).
-
Meremajakan Investasi Pada Infrastruktur yang Murah, Inklusif, dan Berkelanjutan
G20 mendorong transisi ekonomi ramah lingkungan untuk memenuhi target bebas karbon, dan menyoroti pentingnya kemajuan dalam agenda keuangan berkelanjutan. Selain itu laporan ekonomi berkelanjutan G20 menekankan tiga tujuan utama, yang didukung oleh Presidensi G20 Indonesia diantaranya :
* Penciptaan kerangka transformasi keuangan yang mempertimbangkan inisiatif perubahan iklim, seperti transisi energi, dan meningkatkan legitimasi janji lembaga keuangan
* Memperluas keuangan berkelanjutan dengan menekankan peningkatan biaya dan aksesibilitas
* Membicarakan tentang pendorong kebijakan yang mendukung transformasi dan mendorong investasi dan pembiayaan.
-
Menghadapi Perekonomian Global dengan Melaksanakan Paket Pajak
Aturan Model Global Anti-Base Erosion (GloBE) telah diselesaikan pada Pilar Dua, dan para anggota memuji upaya berkelanjutan pada Pilar Satu.
Kerangka Inklusif OECD/G20 tentang Base Erosion and Profit Shifting (BEPS), juga menyerukan penyelesaian negosiasi Subyek Peraturan Pajak (STTR) pada Pilar Dua yang akan memungkinkan terciptanya instrumen multilateral untuk implementasinya.
Mengingat pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, tentu Anda patut mengapresiasi salah satu hasil nyata dari kepemimpinan Indonesia sebagai Presiden G20, khususnya di sektor perbankan. Indonesia telah menunjukkan komitmennya sebagai ketua G20 untuk mendorong keterlibatan aktif seluruh anggota guna mencapai hasil yang nyata, sejalan dengan tema G20 kali ini yaitu “Recover Together, Recover Stronger.”
Dengan topik ini, Indonesia mampu menjangkau seluruh dunia secara efektif, mendorong kerja sama, saling membantu dalam pemulihan, dan pertumbuhan yang lebih kuat dan berkelanjutan sebagai langkah menghadapi perekonomian global. Meskipun demikian, Indonesia tetap perlu mewaspadai pelemahan perekonomian global dan pelonggaran kebijakan moneter Bank Sentral AS, karena hal ini berpotensi meningkatkan volatilitas pasar keuangan.
Reformasi struktural dan fleksibilitas kebijakan harus dipertahankan untuk memperkuat ketahanan ekonomi dan menangkis ancaman eksternal. Indonesia terus mengalami peningkatan harapan yang menggambarkan kesejahteraan secara akurat, selama peluang dalam negeri dapat diwujudkan dengan baik dan seluruh kebijakan mampu menghadapi perekonomian global.